Ini Ceritaku!

Monday, November 4, 2013

0 comments

Fireworks

Ilustrasi
Sebenarnya apa yang spesial dari kembang api? Mereka dibuat dengan susah payah. Dengan perhitungan kimia yang yang rumit serta meminta ketepatan, disulut dengan api. Melawan hukum fisika dengan menentang gravitasi dan kemudian hilang ditelan gelapnya malam. Seperti itukah kembang api?. Tapi ternyata ada satu hal yang belum aku pahami. Salah satu aspek yang akan merubah caraku memandang hidup.






22-01-2013
Hari selasa. Kalau aku lebih suka hari senin daripada selasa. Why? Karena di hari senin ada pembelajaran bahasa inggris dan bahasa Indonesia. disini aku bisa melepaskan kepenatan setelah seminggu dihajar oleh mapel IPA. Well bukan berarti aku membenci IPA, tapi aku berpegang teguh pada pepatah jawa yang berkata Witing trisno jalaran soko kulino. Aku harus bisa mencintai IPA.  Caranya? Simpel. Aku harus tidur dengan IPA, Makan dengan IPA, mandi dengan IPA dan lain-lain. Sampai sekarang aku masih berusaha PDKT dengan IPA.

PDKT dengan IPA itu susah-susah gampang. Tapi dia sangat tidak suka di-nomordua-kan. Baik secara tersirat maupun tersurat. Ditinggal sebentar saja dia pasti ngambek. Menjeratku dengan segala dinamikanya. Entah dia memaksaku untuk menelan pil-pil eksponen mematika atau dia akan mengirim 3 bersaudara Sin Cos Tan untuk menagih janji setiaku.

08.00 AM
Pagi ini aku langsung sarapan bersama fisika. Perlu kamu ketahui guruku disini bila dianalogikan dengan mobil. Beliau adalah Ferrari. Bukan seperti Ferrari listriknya pak Dahlan. Beliau secara genuine berasal dari pabrik aslinya. Dilengkapi dengan mesin V8nya mampu menembus 2 bab dalam 3 jam pelajaran (3 x 40 =120 menit/ 2jam). Disini aku dituntut untuk bisa menyamai mengejar. Bayangkan mobil Carry beradu kecepatan dengan Ferrari.

Rumus-rumus fisika sebenarnya menarik. Mengetahui bagaimana dunia ini bekerja. Walaupun orang-orang meremehkan fisika. Mereka bilang kalau fisikawan itu orang kurang kerjaan. Apel jatuh saja dihitung, tapi tanpa fisika takkan ada transportasi. Takkan ada telekomunikasi. Ironis memang. Disisi lain fisika begitu mempengaruhi kehidupanku. Tapi disisi lain fisika berusaha untuk membunuhku dengan pisau ditangannya.

This is suck morning

10.20 AM
Akhir dari istirahat pertama.waktunya  Mati-Mati-Ka. Sebenarnya aku tak begitu membenci mapel ini. Pak Urip adalah guru yang humoris. Joke-joke yang dikeluarkan ketika KBM berlangsung mampu menghilangkan kepenatan. Tapi ternyata jam matematika diisi dengan mata pelajaran favorit para pelajar. Jam kosong. 

Ketika kelas lain menggangap jam kosong adalah anugerah dari tuhan. Tampaknya berbeda dengan kelasku. Definisi anugerah disini berbeda dengan kelasku. Mereka menggangap anugerah disini adalah waktu untuk mengejar ketinggalan. Walhasil.  Dua jam kosong ini diisi dengan mencoba-coba soal-soal UN atau SBMPTN. Teman-temanku memang sudah niat untuk memasuki PTN terkenal. Tak terkecuali aku. Tanpa dikomando kelas sudah terpecah menjadi pecahan-pecahan kecil yang berusaha untuk menatap masa depan.

Let’s start the torture                       
                                                                                  
Perlahan namun pasti… ya teruskan sa…

Bisikan itu terasa magis ditelinga kanan. Setelah berusaha keras berusaha untuk menawarkan solusi yang tepat serta efektif kepada soal-soal dibuku tebal ini. Tapi ternyata soal-soal ini tidak begitu baik hati kepadaku. Mereka memaksaku untuk memilih satu diantara lima jawaban yang mereka berikan. Dengan segala argumentasiku untuk mencoba memilih satu diantara lima. Pasti soal akan berusaha untuk meruntuhkan keteguhanku.

20 minutes later…

Setelah berhasil merampungkan 14 persoalan. Masih 36 persoalan lagi menunggu. Bila aku ini petugas pembagi BLT(Bantuan Langsung Tunai). Pasti sudah dicerca oleh masyarakat karena pelayanan payahku. Ya aku memang payah. Ketika teman-temanku sudah habis 40an soal. Disini aku masih terseok-seok mencoba satu demi satu solusi yang ditawarkan.

40 minutes later…

Setelah mencari-cari jawaban yang rasional dari akar-akar tak beraturan. Mencoba membuatkan solusi yang terkesan rigid dan tak bisa ditawar lagi. Itulah matematika, solusi pasti rigid dan tak bisa ditawar-tawar. Terkesan seperti tuhan yang menetapkan takdir. Tak bisa ditawar. Apalagi dicurangi. Matematikaaa I hatee love youuuu.

Acap kali berhadapan dengan pelajaran IPA, entah kenapa lidahku kelu, tanganku layu. Seakan menolak dengan segala cara. Memang aku ini anak  salah pengertian. Yaitu pengertian paling simpel. Menurut pada orangtua tidak berarti kamu harus mengorbankan masa depanmu. Tapi ternyata aku ini termasuk golongan anak penurut. Demi orangtua aku mampu berkorban. Mencoba memasuki ranah yang sama sekali asing. 

Hahaha memang sebuah dilema. Antara menjadi anak berbakti atau menjadi semut diantara raja.
Jam yang sudah bersusah payah mengerakkan jarum dengan segala penghayatan akhirnya berdiri tegak. Menunjuk langit dengan gagah. Yap saat paling ditunggu oleh pelajar. Istirahat. Tapi apakah fenomena lazim bagi pelajar ini berlaku dikelasku? Tidak. Mereka tetap saja asyik bercanda dengan matematika,mereka mungkin hanya istirahat untuk menunaikan ibadah sholat.


Kalau dilihat secara sekilas kelas ini memang kelas biasa. Papan tulis biasa,meja biasa,kursi biasa. Tapi yang membedakan disini ialah penghuninya. Mereka saling berusaha untuk menjadi yang terbaik. Well tidak ada yang salah dengan menjadi terbaik. Tapi bila seleksi alam berlaku survival of the fittest.  Tentu yang terlemah akan dikorbankan. Siapa yang terlemah? Aku.

Aku berusaha memahami dunia ini dari kacamata seekor semut. Tersingkir oleh binatang-binatang lain yang mendapat”anugerah” lebih dari aku. Ada teman yang berkata, kau bisa mengalahkan bakat dengan kerja keras. Tapi lihat, betapapun semut berusaha keras membangung sarang. Air hujan dengan cepatnya merusaknya. Aku tak punya harapan lagi.

Seperti inikah rasanya putus asa?. Aku tidak terlalu menonjolkan sifat putus asaku. Karena aku tidak mau dianggap cengeng atau orang yang pesimis. Berusaha untuk menjadi seekor singa. Tapi tetap saja acap kali berusaha untuk mendekati IPA. Dia akan dengan sangat sungguh-sungguh untuk menguji keteguhanku.

04.00 PM
Saatnya pulang. Atmosfer kelas tidak terasa berat seperti tadi siang. Aneh, baru berapa jam tadi kelas ini terasa berat tapi hanya dengan suara bel kelas ini terasa ringan. Apakah teman-teman setelah ini akan istirahat?. Tidak mereka masih mempunyai jadwal les dan seabrek kegiatan belajar lain. Aku? Berusaha untuk memahami hidup yang terlampau cepat.

Untuk berusaha memahami hidup. Yang dapat kulakukan hanyalah berjalan-jalan tak tentu arah dengan kamera ditangan. Berusaha untuk menangkap esensi dari kehidupan yang terasa begitu cepat meninggalkan diriku. Berusaha untuk mengabadikan momen-momen kehidupan yang selalu berjalan kedepan dan tak pernah menengok ke belakang.

“iya ma bentar lagi pulang kok iya pasti hati-hati. Daa..”

 Aku menutup telepon dari mama, seperti biasa acara ngomelnya yang sudah patut masuk acara ceramah di televisi kembali mengudara di HPku. Walaupun terpisah jarak yang jauh beliau masih seperti biasa. Selalu memperhatikan anak laki-lakinya yang bepergian entah kemana. Aku maklum saja sudah jam 6 lebih tapi nyatanya aku masih sibuk bergelut dengan urusanku sendiri. Mengelana untuk mencari arti dari kehidupan.

06.30 PM
Setelah selesai menunaikan ibadah sholat magrib. Kepala terasa ringan. Aku melanjutkan perjalanan pulang ke rumah, sesampai disebuah perempatan. Ternyata ada keramaian. setelah menepi sebentar ternyata ada acara peresmian sebuah toko baru. Mewah sekali, undangannya puluhan memadati sisi jalan.
Tanpa terduga langit telah bermandikan cahaya, rona merah pecahan cahaya dari matahari telah tercampur dengan warna indah dari kembang api. Oh ada pesta kembang api, luar biasa, seakan-akan langit telah menunjukan keindahan yang sejati. Berusaha untuk menunjukan jati diri yang sebenarnya. Aku termenung.
Do you know that there is still a change for you, cuz there is a spark of youth. You just got to ignite the light. And let it shine, just own the night like fourth july.

Lagu katy pery yang berjudul fireworks  mengalun di perempatan itu. Semua hadirin bertepuk tangan. Memberikan penghargaan yang terbesar. Penyelengara acara tampak puas melihat hadirin. Aku termenung sejenak. Mencoba mencerna apa yang aku lihat.

Kembang api dibuat berdasarkan kombinasi bahan kimia yang rumit, diperhatikan setiap detilnya. Tentu untuk menjadi sebuah kembang api yang mampu mewarnai langit tidak mudah. Banyak sekali percobaan yang harus dilalui, harus melalui kerja keras yang konsisten. Tapi akan ada saatnya dimana kembang api akan mampu membuat orang terkagum-kagum dengan warna-warni yang dia suguhkan. Walaupun hanya dipakai sekali, tapi dia mampu memberikan terbaik.

Aku harus bisa menjadi seperti kembang api. Dengan ketepatan, kecermatan, kerja keras, konsistensi aku pasti mampu untuk menampilkan yang terbaik. Tak peduli apa konsekwensi yang akan menghadang. Walaupun aku akan hilang ditelan gelapnya malam. Tapi sebelum itu aku akan meledakkan diri, menunjukan bahwa di dunia ini ada seorang Laksa yang dulu pernah berusaha untuk memukau hadirin. Dan berhasil.

Cuz baby you’re firework come on show what you got make them go aaah aahh as you shoot across the sky


Aku harus menjadi kembang api.

0 comments:

Ini Opiniku, Ini ruangku, Ini adalah aku
Tak Masalah tentang apa yang aku tulis disini, karena semua ini hanyalah opini belaka.