Action!
FFIPO Baksos di SMPN 2 Sukorejo |
Pertama-tama marilah
kita panjatkan puja dan puji syukur kepada tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya kita bisa berkumpul dipagi hari yang cerah ini di…
Pembukaan pertemuan yang biasa. Yang
membuat aku malas mengikuti pertemuan seperti ini karena memang ke”kaku”annya
bukan main. Kita disini dituntut untuk menjadi insan yang benar-benar mematuhi
segala protap yang diwajibkan.
Sebagai remaja yang baru saja
menginjak umur ke delapan belas. Tentu untuk berada pada pertemuan seperti ini
akan terasa memuakkan. Apalagi dengan hasil yang tidak jelas. Selalu
terombang-ambing, tak ada hasil yang jelas. Disini lobi-lobi tingkat dewa
selalu dilancarkan untuk kepentingan masing-masing. Muak kah? Iya
Itu adalah pengalamanku ketika
mengikuti semacam kegiatan kepartaian yang identik dengan warna merah. Bisa
bertemu teman-teman yang berbeda latar belakang. Tapi hei. Mereka semua punya
kepentingan. Dan sangat memuakkan, ketika mereka hendak memaksakan kepentingan
tersebut dengan cara yang bisa dilihat tidak wajar.
Beruntung hanya sekali aku
mengikuti acara tersebut. Itupun hanya diajak saudara untuk menghadiri. Tapi
disana aku sadar. Kalau di politik tidak ada teman maupun lawan yang abadi.
Hanya ada kepentingan abadi.
Berjuang untuk kepentingan rakyat?
It’s a bullshit. Dikutip dari buku
Berani Mengubah karangan Pandji Pragiwaksono. Ketika wawancara dengan anggota
DPR Komisi XI Bapak Arief Budiman dari partai PDIP. Lihatlah bagaimana dia
menjawab tentang masalah kenaikan BBM.
“kalau misalnya Mas Arief nggak
setuju kenaikan BBM sekarang, Lalu Mas setujunya akan naik kapan?”
Jawaban Mas Arief, “ Entah,
bergantung Momentum”
See?
Mereka bersikap “pro” rakyat
dengan berlagak sok heroik dengan menentang kenaikan BBM. Tapi pada dasarnya eh
malah pencitraan supaya Partainya bisa berkuasa..
Bisa dilihat bagaimana sebenarnya partai-partai yang
seharusnya mewakili rakyat. Kini hanya mewakili kepentingan mereka sendiri.
Tapi itu hanya sekedar “opini”, aku belum bisa memberikan
“aksi”
Why?
Karena aku hanya seorang pelajar SMA kelas XII (semoga
menjadi mahasiswa sastra inggris di UNAIR amiiin :3 ). Apa yang bisa seorang
pelajar lakukan sekarang?
Jadwal pelajaran makin mengeroyok. Bayang-bayang UN 20 kode
menanti. Tugas yang semakin tidak kenal tempat. Apa yang bisa kami lakukan?
Adalah Siti Kholifatul Rizkiah. Beliau adalah mentor debat
sekaligus kaka kelasku. Walaupun dia berhijab. Tapi hijabnya bukan penghalang
baginya untuk meraih prestasi. Diantara prestasinya yang gemilang ada satu yang
membuatku sampai sekarang terkagum dan apakah itu?
Kebanyakan wanita berhijab yang “modern” salah mengartikan
“hijab”. Mereka beranggapan hijab hanya sekedar fashion semata. Tapi hei, hijab
bukan bermakna hanya sebuah kain yang diselimutkan di kepala. Tapi hijab adalah
simbol fisik seorang perempuan bahwa dia menjaga diri dari pengaruh lingkungan
yang buruk.
Tapi berhijab bukan berarti menjadi wanita yang mengurung
diri dari globalisasi. Menurutku berhijab yang sebenarnya adalah bagaimana
seorang wanita bisa menyeleksi pengaruh-pengaruh luar dan tetap berasaskan
keislaman.
Dan. Wanita berhijab yang sesungguhnya kutemukan di diri
wanita yang sekarang menimba ilmu di negeri upin-ipin tersebut
Prestasinya mendirikan Forum For Indonesia Chapter Ponorogo membuktikan kalau wanita berhijab bukanlah
seperti paradigma yang ada dimasyarakat sekarang. Wanita berhijab bukanlah
wanita yang selalu terkurung dalam rumah, selalu pasif dalam perkembangan
dunia. Tapi mereka yang benar-benar bisa eksis dimasyarakat.
“Terimakasih mba siti, berkat mba aku sekarang bisa melihat
dunia dengan lebih baik :D”
Bagaimana ceritanya aku bisa diajak masuk organisasi ini?
Disekolah aku adalah pengurus ekstra YESC.sebuah ekstra
kulikuler bahasa inggris. Yang secara kebetulan Mbak Siti adalah seniorku di
organisasi yang identik dengan warna merah.
Aku selalu penasaran kenapa ada puluhan kardus berisi
buku-buku berserakan di sekre YESC. Senior selalu berkata itu titipan dari
organisasi lain. Tapi tak pernah berkata dari mana asalnya.
Dan selang beberapa hari. Di dinding pengumuman. Ada
selebaran tentang FFI. Tapi alamak, dilihat dari selebaran, tampaknya
organisasi ini terkesan sangat formal,
di selebaran itu terdapat foto dua orang yang berjabat tangan yang sama-sama
berpakaian jas. Nampak pula di selebaran
itu ada divisi-divisi yang ditulis dengan bahasa inggris, menambah kesan
“eksklusif” tentang organisasi itu.
Karena aku tidak suka dengan yang berbau “formal” aku
mengabaikannya..
Penjelasan tentang apa itu organisasi yang tertempel di
dinding datang ketika aku dimintai tolong oleh seniorku untuk memindahkan
kardus-kardus yang berisi buku bekas itu ke salah satu rumah kakak kelasku.
Ketika sampai disana. Ternyata kardus-kardus ini nantinya
akan disumbangkan ke salah satu sekolah menegah di daerah pedalaman ponorogo.
Nah organisasi yang melakukan bakti sosial ini adalah Forum For Indonesia yang
dimulai dari Mba SIti Kholifatul Rizkiah sebagai Local Representative
Dan disana penjelasan tentang organisasi yang akhirnya
membuka mataku tentang ber-organisasi terbuka..
Forum For Indonesia. ternyata adalah forum kepemudaan yang
fokus pada masalah sosial. Didirikan oleh mahasiswa jogja yang ingin memberikan
perubahan pada Indonesia. tapi ternyata organisasi ini masih bau kencur. Maish
mudah sekali umur organisasi ini. Mba Siti adalah angkatan pertama. Mulailah
ragu lagi. Apa yang bisa dilakukan organisasi yang baru saja belajar merangkak?
Di rumah seniorku itu. Aku direkrut untuk menjadi panitia
bakti sosial ini.
Aku bertugas sebagai seksi dokumentasi dan juga berperan
dalam survey lokasi. Alamak. Pada saat pertama survey lokasi terasa sangat
menegangkan. Walaupun hampir seluruh
jalanan sudah beraspal. Tapi ada beberapa bagian yang masih mengunakan batu
sebagai alas jalan. Nahas, motorku seolah menolak diajak bertempur di jalanan
berdebu ini , berulang kali rantai motorku copot dari rodanya.
Yah itu memang salahku kurang memperhatikan kesehatan motor
sih.. hhehe
Singkat kata segala persiapan sudah dilakukan, acara
dilakukan. Sekarang aku sedang di perjalanan pulang.
Perjalanan singkat Cuma setengah hari ini beserta satu bulan
sebelum acara telah mengubah aku. Di acara tersebut aku belajar tentang
bagaimana caranya bersosialisasi dengan orang asing. Mencoba berkolaborasi
dengan orang asing. Berteman dengan teman dari SMA lain yang mempunyai
kepedulian yang sama.
Disini aku punya masalah besar tentang “emosi”ku. Aku ini
orang yang moody. Ketika lagi mood. Aku bisa menghasilkan karya yang luarbiasa.
Tapi ketika aku emosi. Aku juga menghasilkan
“karya” yang luar biasa
Dan disinilah aku melatih diri. Agar siap untuk the next level
Akhirnya regenerasi organisasi ini berjalan. Teman akrabku Satria Tegar Wicaksana menjadi ketua
untuk generasi kedua. Disini aku diposisikan sebagai Koordinator media and
publication. Tugasku berhubungan dengan socmed dan juga aku yang akan memberi
warna di segala atribut FFI Ponorogo kenapa? Karena disini kemampuanku mengolah
gambar benar-benar dibutuhkan.
Perjalananku bersama organisasi ini benar-benar penuh
gejolak. Sebagian orang mengangap itu sebagai pertengkaran tapi aku menganggap
hal ini sebagai proses menuju kedewasaan. Bayangkan aku pasti selalu berselisih
paham dengan salah satu anggota. Kalau aku berkata B temanku itu pasti
membalasnya dengan berkata A
Dan disini peran mba siti masuk. Dia berkata kalau konflik
semacam ini memang biasa disebuah organisasi. Dan itu sebuah prestasi juga
kalau kita bisa mencapai kesepahaman dengan konflik membara ini.
Akhirnya lambat laun, aku mengerti bagaimana seharusnya
bersikap dalam sebuah organisasi. Tentang bagaimana harus bersabar ketika
presentasi kaos untuk kepengurususan harus dibabat abis oleh anggota lainya.
Bagaimana harus bersikap ketika hasil kerja kerasku dibantai abis-abisan oleh
anggota lainnya.
Disini kita diharuskan untuk memberi aksi, tidak hanya
menuntut-nuntut tidak jelas.
Terimakasih mba siti, terimakasih FFI karenamu sekarang aku
menjadi manusia yang lebih dewasa daripada sebelumnya. Berikut ini aku sertakan
surat Mbak Siti untuk kami semua. Sederhana tapi mampu mengobarkan semangat
perubahan.
Teruntuk: para pahlawan
muda yang terus berjuang tanpa sematan tanda jasa,
Assalamualaikum Wr. Wb.
Adik-adikku, segenap
keluarga besar Forum for Indonesia Ponorogo.
Tanpa terasa setahun
sudah forum ini berdiri, begitu banyak suka duka silih berganti mewarnai
perjalanan panjang ini. Pro kontra, canda tawa, putus asa, segalanya bagai
manik-manik yang menghiasi dan membuatnya kian semarak. Masih saya ingat betul
rapat pertama di rumah Indah Ayu, tujuh anak SMA bermimpi mengubah dunia. Yah!
Padahal, bahkan kami tidak tahu harus memulai darimana, dengan siapa, dan
bagaimana. Tapi satu yang kami tahu, pergerakan ini harus dimulai sekarang
juga! Dengan modal semangat, kami terus mengadakan pertemuan dan pertemuan,
hingga pernah suatu kali ibunda indah (yang notabene rumahnya kami sulap jadi
sekretariat) mulai curiga, jangan-jangan kami ini sindikat teroris atau agama
sesat dengan saya sebagai nabi barunya. Allahu akbar. Tapi alhamdulillah wa
sukurillah, kami ucapkan terimaksih sebanyak-banyaknya pada Indah yang dengan
ikhlas menghibahkan teras rumahnya untuk jadi sarang kami selama setahun ini.
Jangan fikir kami
mengadakan open recruitment dengan seleksi ketat untuk menjaring anggota, forum
ini justru lebih mirip bisnis MLM, penyebarannya dari mulut ke telinga dari
telinga ke mulut lagi. Setiap yang datang mengajak orang baru di pertemuan
berikutnya, begitu seterusnya. Yah, kami memang jauh dari profesional.
Segala-galanya masih meraba-raba, masih menerka-nerka. Forum ini pun tidak
menjanjikan apa-apa bagi anggotanya. Kami hanya menawarkan kesulitan,
keriweuhan, dan segala kepahitan. Hanya satu rasa manis yang kami tawarkan,
pahala, brought to you by Tuhan YME (insha Allah). Saya pun sangat ngga enak
hati sejujurnya, ketika tiba-tiba menyerahkan kepengurusan pada angkatan Tewe
untuk melanjutkan forum yang bahkan saya rasa mereka masih harus membereskannya
dari awal. Yah. Saya sadar, barangkali saya adalah orang paling gila dan nggak
bertanggungjawab sedunia, seenak jidat ngediriin forum lalu kemudian
meninggalkannya begitu saja tanpa rasa dosa. Tapi mereka, adik-adik saya di
FFI, adalah orang paling paling paling gila sedunia. Yang mau memperjuangkan
forum ini, tanpa sedikitpun iming-iming balas jasa, bahkan tanpa paksaan dari
senior, dari sekolah, dari guru, atau dari siapapun, mereka bersedia
melanjutkan perjuangan ini. Luar biasa!
"Ah, itu sih mereka
cari nama!"
Kalo ada yang nyinyir
macam itu pada mereka, barangkali ia belum tahu bagaimana 'nama' yang
semestinya mereka dapat itu tidak pernah ada. Apakah mereka yang jadi
pengurus-pengurus FFIP tenar di kalangan anak SMA se-Ponorogo? Iya mereka tenar,
dikalangan pak giyuk (penjaga SMA satu), haha. Jangankan tenar, bahkan untuk
rapat saja mereka nyolong-nyolong ruang pengap di bawah masjid smaza. Bahkan
untuk ngelaksanain program ke SMP saja, mereka harus memutar otak bagaimana
mencari izin agar mereka dapat meninggalkan kelas barang sehari. Masa iya Tewe
ngajuin dispensasi untuk dia dan temen-temennya sedang surat dispensasi itu
ditandatangani oleh dirinya sendiri? Bahkan stempel organisasi pun kami ngga
punya. Silahkan ngakak membayangkannya, haha. Untuk sumber dana pun, mereka
berinisiatif iuran seribu rupiah setiap orang setiap datang ke pertemuan. Jadi
siapa-siapa yang dateng rapat, jangan harap bakal dapet konsumsi, justru kalian
akan dimintai uang sumbangan. Entahlah, apa yang masih membuat mereka bertahan
di sini.
Hari minggu kemarin saya
datang ke rapat mingguan FFI, saya usul agar mereka buat semacam surat
keterangan bahwa mereka adalah pengurus FFI periode 2012/2013, yah barangkali
kelak mereka perlu. Tapi apa jawab mereka? "Buat formalitas ya mba? Alah
ngga usah lah mba, ngga penting, males!" Subhanallah, betapa ikhlasnya
adik-adik saya ini. Allahu akbar!
Adik-adikku....
Barangkali kalian mulai
lelah. Kita ini sedang menghidupi apa? Struktur organ ngga jelas, sumber dana
ngga ada, sekretariat ngga punya. Barangkali skeptisme mulai melanda kalian,
kita ini sedang memperjuangkan apa? Apa pendidikan di Ponorogo mengalami
perbaikan dengan program-program kita?. Belum, sekarang memang belum! Semuanya
butuh proses yang tidak sebentar dik. Laksana bambu, butuh waktu bertahun-tahun
sampai rebungnya muncul ke permukaan. Namun ketika ia sudah tumbuh dewasa, ia
akan menjulang tinggi, daunnya rimbun memberi keteduhan. Dan beruntunglah
kalian kini menjadi sang bakal rebung. Kalian tak akan merasakan rebung itu
sampai ke permukaan. Di masa kepengurusan kalian, FFI belum menjadi apa-apa dan
belum nampak kontribusinya. Kalian adalah akar yang tengah memperjuangkan
kehidupan sang bambu.
Tapi adik-adikku,
percayalah, kita sudah bergerak lumayan jauh. Lihatlah betapa forum kita sudah
sangat ramai, bukan hanya anak smaza, kini sudah banyak pengurus aktif dari
smada juga smaga. Proker kita juga mulai berjalan, bukan hanya donasi buku dan
motivasi ke SMP. Tapi kita juga sudah mulai bikin perpustakaan online, juga
kampanye hal-hal positive, meski masih dalam lingkup kecil. Sekarang kita juga
sudah punya pembina, Bpk. Hernu. Bahkan beliau bersedia membantu mencarikan
orangtua asuh untuk adik-adik kita yang di daerah. Bukankah ini semua sebuah
perkembangan yang luar biasa hebat?
Percayalah dik, kita ini sedang bergerak
meski tak terasa pergerakannya. Jangan putus asa, garis finish memang belum
terlihat, namun garis start sudah jauh di belakang kita. Ingatlah, tantangan
terbesar dalam berbuat kebaikan adalah bersabar. Kita sudah berada pada jalur
yang benar, yang kita butuhkan sekarang adalah konsistensi! Konsistensi untuk
terus bergerak, melawan kejenuhan, menyingkirkan segala aral.
Marai maknai forum ini
sebagai sarana belajar untuk kita, mari kita pupuk idealisme ini agar terus
bersemayam di hati sejauh apapun kaki ini melangkah. Kelak, 5-10 tahun lagi,
ketika kita sudah menjadi seseorang. Ingatlah hari ini, ingat bagaimana kita
menghemat uang kas, bagaimana susahnya melobby pak tahan untuk sekadar masang
leaflet, ingatlah bahwa tugas kita belum selesai. Bayangkan, kelak ketika kita
semua terkoneksi, apa yang bisa kita lakukan untuk Ponorogo? Sumber dana
mengalir deras, adik-adik kita pun kelak siap mengeksekusi program-program
besar untuk perubahan yang lebih nyata!
Sangat indah bukan? Tapi
butuh perjalanan yang saangat panjang untuk sampai kesana. Dan dalam perjalanan
inilah kita diuji, sudah banyak mereka-mereka yang lebih dulu bergerak namun
kemudian menyerah di tengah jalan. Apakah kita akan sama? Saya harap tidak.
Mari kita saling menguatkan, saling mengingatkan bahwa kita pernah bermimpi
sebesar ini.
Saya, mewakili
rekan-rekan seangkatan, menyerahkan tongkat estafet perjuangan ini pada kalian.
Kami mohon pamit untuk menuntut ilmu nun jauh di tanah orang. Kami janji, kelak
kami akan kembali. Kalaupun bukan raga, semoga manfaat yang kami beri bisa
sampai ke tanah kelahiran kita ini. Teruslah bergerak saat yang lain terdiam.
Allah bersama kita. Salam perubahan! :’)
Wassalamualikum Wr. Wb.
Ponorogo, 3 Oktober 2012
Siti Kholifatul Rizkiah
Local Representative Forum for Indonesia
Mba siti.
kami berjanji kami akan menjadi embun segar
dipagi hari untuk membasuh muka ibu pertiwi yang masih menangis.
0 comments: