Ini Ceritaku!

Monday, November 4, 2013

0 comments

Action!

FFIPO Baksos di SMPN 2 Sukorejo
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmatnya kita bisa berkumpul dipagi hari yang cerah ini di…

Pembukaan pertemuan yang biasa. Yang membuat aku malas mengikuti pertemuan seperti ini karena memang ke”kaku”annya bukan main. Kita disini dituntut untuk menjadi insan yang benar-benar mematuhi segala protap yang diwajibkan.


Sebagai remaja yang baru saja menginjak umur ke delapan belas. Tentu untuk berada pada pertemuan seperti ini akan terasa memuakkan. Apalagi dengan hasil yang tidak jelas. Selalu terombang-ambing, tak ada hasil yang jelas. Disini lobi-lobi tingkat dewa selalu dilancarkan untuk kepentingan masing-masing. Muak kah? Iya


Itu adalah pengalamanku ketika mengikuti semacam kegiatan kepartaian yang identik dengan warna merah. Bisa bertemu teman-teman yang berbeda latar belakang. Tapi hei. Mereka semua punya kepentingan. Dan sangat memuakkan, ketika mereka hendak memaksakan kepentingan tersebut dengan cara yang bisa dilihat tidak wajar.

Beruntung hanya sekali aku mengikuti acara tersebut. Itupun hanya diajak saudara untuk menghadiri. Tapi disana aku sadar. Kalau di politik tidak ada teman maupun lawan yang abadi. Hanya ada kepentingan abadi.
Berjuang untuk kepentingan rakyat? It’s a bullshit. Dikutip dari buku Berani Mengubah karangan Pandji Pragiwaksono. Ketika wawancara dengan anggota DPR Komisi XI Bapak Arief Budiman dari partai PDIP. Lihatlah bagaimana dia menjawab tentang masalah kenaikan BBM.

“kalau misalnya Mas Arief nggak setuju kenaikan BBM sekarang, Lalu Mas setujunya akan naik kapan?”

Jawaban Mas Arief, “ Entah, bergantung Momentum”

See?

Mereka bersikap “pro” rakyat dengan berlagak sok heroik dengan menentang kenaikan BBM. Tapi pada dasarnya eh malah pencitraan supaya Partainya bisa berkuasa..

Bisa dilihat bagaimana sebenarnya partai-partai yang seharusnya mewakili rakyat. Kini hanya mewakili kepentingan mereka sendiri.

Tapi itu hanya sekedar “opini”, aku belum bisa memberikan “aksi”

Why?

Karena aku hanya seorang pelajar SMA kelas XII (semoga menjadi mahasiswa sastra inggris di UNAIR amiiin :3 ). Apa yang bisa seorang pelajar lakukan sekarang?

Jadwal pelajaran makin mengeroyok. Bayang-bayang UN 20 kode menanti. Tugas yang semakin tidak kenal tempat. Apa yang bisa kami lakukan?

Adalah Siti Kholifatul Rizkiah. Beliau adalah mentor debat sekaligus kaka kelasku. Walaupun dia berhijab. Tapi hijabnya bukan penghalang baginya untuk meraih prestasi. Diantara prestasinya yang gemilang ada satu yang membuatku sampai sekarang terkagum dan apakah itu?

Kebanyakan wanita berhijab yang “modern” salah mengartikan “hijab”. Mereka beranggapan hijab hanya sekedar fashion semata. Tapi hei, hijab bukan bermakna hanya sebuah kain yang diselimutkan di kepala. Tapi hijab adalah simbol fisik seorang perempuan bahwa dia menjaga diri dari pengaruh lingkungan yang buruk.

Tapi berhijab bukan berarti menjadi wanita yang mengurung diri dari globalisasi. Menurutku berhijab yang sebenarnya adalah bagaimana seorang wanita bisa menyeleksi pengaruh-pengaruh luar dan tetap berasaskan keislaman.

Dan. Wanita berhijab yang sesungguhnya kutemukan di diri wanita yang sekarang menimba ilmu di negeri upin-ipin tersebut

Prestasinya mendirikan Forum For Indonesia Chapter Ponorogo  membuktikan kalau wanita berhijab bukanlah seperti paradigma yang ada dimasyarakat sekarang. Wanita berhijab bukanlah wanita yang selalu terkurung dalam rumah, selalu pasif dalam perkembangan dunia. Tapi mereka yang benar-benar bisa eksis dimasyarakat.

“Terimakasih mba siti, berkat mba aku sekarang bisa melihat dunia dengan lebih baik :D”
Bagaimana ceritanya aku bisa diajak masuk organisasi ini?

Disekolah aku adalah pengurus ekstra YESC.sebuah ekstra kulikuler bahasa inggris. Yang secara kebetulan Mbak Siti adalah seniorku di organisasi yang identik dengan warna merah.

Aku selalu penasaran kenapa ada puluhan kardus berisi buku-buku berserakan di sekre YESC. Senior selalu berkata itu titipan dari organisasi lain. Tapi tak pernah berkata dari mana asalnya.

Dan selang beberapa hari. Di dinding pengumuman. Ada selebaran tentang FFI. Tapi alamak, dilihat dari selebaran, tampaknya organisasi ini  terkesan sangat formal, di selebaran itu terdapat foto dua orang yang berjabat tangan yang sama-sama berpakaian jas. Nampak pula di  selebaran itu ada divisi-divisi yang ditulis dengan bahasa inggris, menambah kesan “eksklusif” tentang organisasi itu.

Karena aku tidak suka dengan yang berbau “formal” aku mengabaikannya..

Penjelasan tentang apa itu organisasi yang tertempel di dinding datang ketika aku dimintai tolong oleh seniorku untuk memindahkan kardus-kardus yang berisi buku bekas itu ke salah satu rumah kakak kelasku.
Ketika sampai disana. Ternyata kardus-kardus ini nantinya akan disumbangkan ke salah satu sekolah menegah di daerah pedalaman ponorogo. Nah organisasi yang melakukan bakti sosial ini adalah Forum For Indonesia yang dimulai dari Mba SIti Kholifatul Rizkiah sebagai Local Representative
Dan disana penjelasan tentang organisasi yang akhirnya membuka mataku tentang ber-organisasi terbuka..

Forum For Indonesia. ternyata adalah forum kepemudaan yang fokus pada masalah sosial. Didirikan oleh mahasiswa jogja yang ingin memberikan perubahan pada Indonesia. tapi ternyata organisasi ini masih bau kencur. Maish mudah sekali umur organisasi ini. Mba Siti adalah angkatan pertama. Mulailah ragu lagi. Apa yang bisa dilakukan organisasi yang baru saja belajar merangkak?
Di rumah seniorku itu. Aku direkrut untuk menjadi panitia bakti sosial ini.

Aku bertugas sebagai seksi dokumentasi dan juga berperan dalam survey lokasi. Alamak. Pada saat pertama survey lokasi terasa sangat menegangkan.  Walaupun hampir seluruh jalanan sudah beraspal. Tapi ada beberapa bagian yang masih mengunakan batu sebagai alas jalan. Nahas, motorku seolah menolak diajak bertempur di jalanan berdebu ini , berulang kali rantai motorku copot dari rodanya.

Yah itu memang salahku kurang memperhatikan kesehatan motor sih.. hhehe

Singkat kata segala persiapan sudah dilakukan, acara dilakukan. Sekarang aku sedang di perjalanan pulang.
Perjalanan singkat Cuma setengah hari ini beserta satu bulan sebelum acara telah mengubah aku. Di acara tersebut aku belajar tentang bagaimana caranya bersosialisasi dengan orang asing. Mencoba berkolaborasi dengan orang asing. Berteman dengan teman dari SMA lain yang mempunyai kepedulian yang sama.
Disini aku punya masalah besar tentang “emosi”ku. Aku ini orang yang moody. Ketika lagi mood. Aku bisa menghasilkan karya yang luarbiasa. Tapi ketika aku emosi. Aku juga menghasilkan  “karya” yang luar biasa
Dan disinilah aku melatih diri. Agar siap untuk the next level

Akhirnya regenerasi organisasi ini berjalan. Teman  akrabku Satria Tegar Wicaksana menjadi ketua untuk generasi kedua. Disini aku diposisikan sebagai Koordinator media and publication. Tugasku berhubungan dengan socmed dan juga aku yang akan memberi warna di segala atribut FFI Ponorogo kenapa? Karena disini kemampuanku mengolah gambar benar-benar dibutuhkan.

Perjalananku bersama organisasi ini benar-benar penuh gejolak. Sebagian orang mengangap itu sebagai pertengkaran tapi aku menganggap hal ini sebagai proses menuju kedewasaan. Bayangkan aku pasti selalu berselisih paham dengan salah satu anggota. Kalau aku berkata B temanku itu pasti membalasnya dengan berkata A

Dan disini peran mba siti masuk. Dia berkata kalau konflik semacam ini memang biasa disebuah organisasi. Dan itu sebuah prestasi juga kalau kita bisa mencapai kesepahaman dengan konflik membara ini.
Akhirnya lambat laun, aku mengerti bagaimana seharusnya bersikap dalam sebuah organisasi. Tentang bagaimana harus bersabar ketika presentasi kaos untuk kepengurususan harus dibabat abis oleh anggota lainya. Bagaimana harus bersikap ketika hasil kerja kerasku dibantai abis-abisan oleh anggota lainnya.
Disini kita diharuskan untuk memberi aksi, tidak hanya menuntut-nuntut tidak jelas.
Terimakasih mba siti, terimakasih FFI karenamu sekarang aku menjadi manusia yang lebih dewasa daripada sebelumnya. Berikut ini aku sertakan surat Mbak Siti untuk kami semua. Sederhana tapi mampu mengobarkan semangat perubahan.

Teruntuk: para pahlawan muda yang terus berjuang tanpa sematan tanda jasa,

Assalamualaikum Wr. Wb.

Adik-adikku, segenap keluarga besar Forum for Indonesia Ponorogo.
Tanpa terasa setahun sudah forum ini berdiri, begitu banyak suka duka silih berganti mewarnai perjalanan panjang ini. Pro kontra, canda tawa, putus asa, segalanya bagai manik-manik yang menghiasi dan membuatnya kian semarak. Masih saya ingat betul rapat pertama di rumah Indah Ayu, tujuh anak SMA bermimpi mengubah dunia. Yah! Padahal, bahkan kami tidak tahu harus memulai darimana, dengan siapa, dan bagaimana. Tapi satu yang kami tahu, pergerakan ini harus dimulai sekarang juga! Dengan modal semangat, kami terus mengadakan pertemuan dan pertemuan, hingga pernah suatu kali ibunda indah (yang notabene rumahnya kami sulap jadi sekretariat) mulai curiga, jangan-jangan kami ini sindikat teroris atau agama sesat dengan saya sebagai nabi barunya. Allahu akbar. Tapi alhamdulillah wa sukurillah, kami ucapkan terimaksih sebanyak-banyaknya pada Indah yang dengan ikhlas menghibahkan teras rumahnya untuk jadi sarang kami selama setahun ini.

Jangan fikir kami mengadakan open recruitment dengan seleksi ketat untuk menjaring anggota, forum ini justru lebih mirip bisnis MLM, penyebarannya dari mulut ke telinga dari telinga ke mulut lagi. Setiap yang datang mengajak orang baru di pertemuan berikutnya, begitu seterusnya. Yah, kami memang jauh dari profesional. Segala-galanya masih meraba-raba, masih menerka-nerka. Forum ini pun tidak menjanjikan apa-apa bagi anggotanya. Kami hanya menawarkan kesulitan, keriweuhan, dan segala kepahitan. Hanya satu rasa manis yang kami tawarkan, pahala, brought to you by Tuhan YME (insha Allah). Saya pun sangat ngga enak hati sejujurnya, ketika tiba-tiba menyerahkan kepengurusan pada angkatan Tewe untuk melanjutkan forum yang bahkan saya rasa mereka masih harus membereskannya dari awal. Yah. Saya sadar, barangkali saya adalah orang paling gila dan nggak bertanggungjawab sedunia, seenak jidat ngediriin forum lalu kemudian meninggalkannya begitu saja tanpa rasa dosa. Tapi mereka, adik-adik saya di FFI, adalah orang paling paling paling gila sedunia. Yang mau memperjuangkan forum ini, tanpa sedikitpun iming-iming balas jasa, bahkan tanpa paksaan dari senior, dari sekolah, dari guru, atau dari siapapun, mereka bersedia melanjutkan perjuangan ini. Luar biasa!

"Ah, itu sih mereka cari nama!"
Kalo ada yang nyinyir macam itu pada mereka, barangkali ia belum tahu bagaimana 'nama' yang semestinya mereka dapat itu tidak pernah ada. Apakah mereka yang jadi pengurus-pengurus FFIP tenar di kalangan anak SMA se-Ponorogo? Iya mereka tenar, dikalangan pak giyuk (penjaga SMA satu), haha. Jangankan tenar, bahkan untuk rapat saja mereka nyolong-nyolong ruang pengap di bawah masjid smaza. Bahkan untuk ngelaksanain program ke SMP saja, mereka harus memutar otak bagaimana mencari izin agar mereka dapat meninggalkan kelas barang sehari. Masa iya Tewe ngajuin dispensasi untuk dia dan temen-temennya sedang surat dispensasi itu ditandatangani oleh dirinya sendiri? Bahkan stempel organisasi pun kami ngga punya. Silahkan ngakak membayangkannya, haha. Untuk sumber dana pun, mereka berinisiatif iuran seribu rupiah setiap orang setiap datang ke pertemuan. Jadi siapa-siapa yang dateng rapat, jangan harap bakal dapet konsumsi, justru kalian akan dimintai uang sumbangan. Entahlah, apa yang masih membuat mereka bertahan di sini.

Hari minggu kemarin saya datang ke rapat mingguan FFI, saya usul agar mereka buat semacam surat keterangan bahwa mereka adalah pengurus FFI periode 2012/2013, yah barangkali kelak mereka perlu. Tapi apa jawab mereka? "Buat formalitas ya mba? Alah ngga usah lah mba, ngga penting, males!" Subhanallah, betapa ikhlasnya adik-adik saya ini. Allahu akbar!


Adik-adikku....
Barangkali kalian mulai lelah. Kita ini sedang menghidupi apa? Struktur organ ngga jelas, sumber dana ngga ada, sekretariat ngga punya. Barangkali skeptisme mulai melanda kalian, kita ini sedang memperjuangkan apa? Apa pendidikan di Ponorogo mengalami perbaikan dengan program-program kita?. Belum, sekarang memang belum! Semuanya butuh proses yang tidak sebentar dik. Laksana bambu, butuh waktu bertahun-tahun sampai rebungnya muncul ke permukaan. Namun ketika ia sudah tumbuh dewasa, ia akan menjulang tinggi, daunnya rimbun memberi keteduhan. Dan beruntunglah kalian kini menjadi sang bakal rebung. Kalian tak akan merasakan rebung itu sampai ke permukaan. Di masa kepengurusan kalian, FFI belum menjadi apa-apa dan belum nampak kontribusinya. Kalian adalah akar yang tengah memperjuangkan kehidupan sang bambu.

Tapi adik-adikku, percayalah, kita sudah bergerak lumayan jauh. Lihatlah betapa forum kita sudah sangat ramai, bukan hanya anak smaza, kini sudah banyak pengurus aktif dari smada juga smaga. Proker kita juga mulai berjalan, bukan hanya donasi buku dan motivasi ke SMP. Tapi kita juga sudah mulai bikin perpustakaan online, juga kampanye hal-hal positive, meski masih dalam lingkup kecil. Sekarang kita juga sudah punya pembina, Bpk. Hernu. Bahkan beliau bersedia membantu mencarikan orangtua asuh untuk adik-adik kita yang di daerah. Bukankah ini semua sebuah perkembangan yang luar biasa hebat? 

Percayalah dik, kita ini sedang bergerak meski tak terasa pergerakannya. Jangan putus asa, garis finish memang belum terlihat, namun garis start sudah jauh di belakang kita. Ingatlah, tantangan terbesar dalam berbuat kebaikan adalah bersabar. Kita sudah berada pada jalur yang benar, yang kita butuhkan sekarang adalah konsistensi! Konsistensi untuk terus bergerak, melawan kejenuhan, menyingkirkan segala aral.

Marai maknai forum ini sebagai sarana belajar untuk kita, mari kita pupuk idealisme ini agar terus bersemayam di hati sejauh apapun kaki ini melangkah. Kelak, 5-10 tahun lagi, ketika kita sudah menjadi seseorang. Ingatlah hari ini, ingat bagaimana kita menghemat uang kas, bagaimana susahnya melobby pak tahan untuk sekadar masang leaflet, ingatlah bahwa tugas kita belum selesai. Bayangkan, kelak ketika kita semua terkoneksi, apa yang bisa kita lakukan untuk Ponorogo? Sumber dana mengalir deras, adik-adik kita pun kelak siap mengeksekusi program-program besar untuk perubahan yang lebih nyata!
Sangat indah bukan? Tapi butuh perjalanan yang saangat panjang untuk sampai kesana. Dan dalam perjalanan inilah kita diuji, sudah banyak mereka-mereka yang lebih dulu bergerak namun kemudian menyerah di tengah jalan. Apakah kita akan sama? Saya harap tidak. Mari kita saling menguatkan, saling mengingatkan bahwa kita pernah bermimpi sebesar ini.






Saya, mewakili rekan-rekan seangkatan, menyerahkan tongkat estafet perjuangan ini pada kalian. Kami mohon pamit untuk menuntut ilmu nun jauh di tanah orang. Kami janji, kelak kami akan kembali. Kalaupun bukan raga, semoga manfaat yang kami beri bisa sampai ke tanah kelahiran kita ini. Teruslah bergerak saat yang lain terdiam. Allah bersama kita. Salam perubahan! :’)

Wassalamualikum Wr. Wb.


Ponorogo, 3 Oktober 2012
Siti Kholifatul Rizkiah
Local Representative Forum for Indonesia

Mba siti.


kami berjanji kami akan menjadi embun segar dipagi hari untuk membasuh muka ibu pertiwi yang masih menangis.

0 comments:

Ini Opiniku, Ini ruangku, Ini adalah aku
Tak Masalah tentang apa yang aku tulis disini, karena semua ini hanyalah opini belaka.